Selasa, 08 Mei 2012

kilas balik Sejarah Kerajaan Islam Aceh Darussalam :

1873 : Sulthan Mahmud Syah menyatakan tidak akan berdamai dengan Belanda dan akan perang hingga akhir hayat.

Udep merde’ka, mate syahid;
langet sihet awan peutimang,
bumoé’reunggang ujeuen peurata,
salah narit peudeueng peuteupat,
salah seunambat teupuro dumna

1873 : Kohler Tewas. (Mayor Jenderal J. H. R Kohler tewas setelah ditembus peluru Prajurit kerajaan di depan Mesjid Baiturrahman)

1874 : Sulthan Mahmud Syah memindah Ibukota Kerajaan ke Indra Puri
1874 : Sulthan Mahmud Syah meninggal karena wabah kolera
1874 : Tuanku Muhammad Daud dinobatkan menjadi Sulthan Aceh bergelar Sulthan Alaidin Muhammad Daud Syah. Karena beliau masih kanak-kanak maka dijadikanlah Tuanku Hasyem Banta Muda sebagai Pemangku Sulthan.

1878 : Tgk Ibrahim Lam Nga syahid dalam pertempuran dengan Belanda. (Tgk Ibrahim Lam Nga merupakan Suami pertama Tjut Nya' Dhien)

1883 : Teuku Umar berdamai dengan Belanda dan digelari Teuku Umar Johan Pahlawan.
1883 : Sulthan Muhammad Daud Syah mengangkat Tgk Muhammad Saman sbg wazier Kerajaan Bagian Perang sabil

1886 : Teuku Umar membelot dari Belanda dan bersatu kembali dengan para Pejuang Kerajaan

1889 : Tgk Muhammad Saman diracuni seorang janda

1894 : Teuku Umar dianugerahi gelar Johan Pahlawan oleh Belanda dan diizinkan untuk membentuk legiun pasukan sendiri yang berjumlah 250 tentara dengan senjata lengkap.

!896 : Panglima Nyak Makam ditebas Leher dan diarak Prajurit Belanda serta diawetkan kepalanya dan disimpan di Negeri Belanda sampai Hari ini.

1897 : Tuanku Hasyim Banta Muda meninggal dunia

1902 : Belanda menangkap Anak dan Permaisuri Sulthan.

1903 : Sulthan Menyerah.

1938 : Anak Sulthan yaitu Tuanku Raja Ibrahim pulang ke Aceh.

1939 : Sulthan Meninggal di Batavia

1943 : Kaisar Jepang memerintahkan melalui kementerian Luar Negeri Jepang dan mengutus jenderal Shaburo I I no dengan stafnya mencari keturunan Sultan Aceh Muhammad Daudsyah. Dia bertemu dan diterima secara resmi dengan Tuanku Raja Ibrahim di Lameulo, Pidie

1945 : T Daud Cumbok dinobatkan sebagai pengkhianat Republik

1946 : Perang Cumbok meletus

1976 : atas inisiatif Tuanku Hasyim, SH (Kepala Kaum Alaidin) dan Tuanku Abbas, BA (mantan Kepala DEPPEN RI di Banda Aceh) menjemput tuanku Raja Ibrahim dan keluarga dari Kota Bakti dibawa ke Banda Aceh. Kemudian atas jasa dan bantuan Gubenur Daerah Istimewa Aceh Muzakir Walad dan dukungan anggota DPRD Waktu H. Yahya Luthan. Pemerintah Aceh meminjami rumah hak pakai tipe 45 di Jl. Teungku Cot Plieng No 18 dengan Surat Keputusan No 100/1976 dengan ketentuan rumah tersebut ditempati selama hidup beliau.

1983 : Putera Mahkota Kerajaan Islam Aceh yaitu putera Sulthan Alidin Muhammad Daud Syah yang bernama TUANKU RAJA IBRAHIM meninggal dunia

1985 : Istri Sulthan Alaidin Muhammad Daud Syah yaitu Neng Effi binti Awal (Gadis Banten yang dipersunting Sulthan) meninggal dunia.

2004 : Tuanku Raja Ramaluddin bin Tuanku Raja Ibrahim meninggal dunia beberapa hari setelah Tsunami

2010 : Tuanku Raja Johan (Tuanku bisu) meninggal dunia.Meninggal tepatnya pada tanggal 27 Januari 2010 dengan tragis karena ditabrak oleh dump truck Hercules yang membawa material proyek daerah lameu ketika baru pulang dari berobat dipukesmas dari Lameulo. Almarhum adalah seorang yang tuna rungu karena sesuatu hal pada masa kecil tapi kelebihannya dapat membaca dan sangat disegani dikampungnya yaitu Gampong Cot sukon Kec. Sakti kab. Pidie

2011 : Tunku Puan  Azizah  permaisuri putra mahkota Pahang Darul Makmur  Malaysia mengadakan silaturahmi dengan Tuanku Raja Yusuf bin Tuanku Raja Ibrahim  bin Sultan Muhammad Daudsyah, guna mengeratkan hubungan antara dua keluarga kerajaan yang pernah mempunyai  hubungan yang sangat panjang dalam lintasan sejarah.

 ***************************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar